Sejarah Kopi Kintamani

31 Desember 2024

8:54 am

Kintamani Coffee: Balinese Coffee Full of Spirituality

Di Bali, khususnya di daerah Kintamani dekat Gunung Batur, terdapat perkebunan kopi yang masih menggunakan proses budidaya kopi tradisional. Sama seperti jenis kopi Indonesia lainnya, kopi di daerah Kintamani juga diberi nama sesuai daerah perkebunannya, yaitu kopi Kintamani.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang biji kopi Kintamani, salah satu varietas kopi Bali yang paling menonjol di negeri ini. Kopi Kintamani berasal dari dataran tinggi Kintamani di Pulau Bali. Bagi masyarakat Bali, varietas kopi ini bukan sekadar biji kopi biasa, melainkan salah satu praktik kehidupan spiritual masyarakat Bali.

History of Kintamani Coffee from Bali

Kapan tepatnya kopi Kintamani atau kopi Bali ada dan beredar sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Ada beberapa sumber yang menjelaskan tentang awal mula kopi Bali. Melansir Ubudian.id, buku Verslag over de Koeffiecultuur in America, Azie en Africa menuliskan bahwa kopi Arabika asal Bali sudah ada sejak lama.

diekspor sejak dua abad lalu. Kopi Bali telah diekspor sejak tahun 1852.

The Closeness of Balinese Coffee to Spiritual Life: Tri Hita Karana

Seperti yang kita ketahui, kopi Kintamani asal Bali berasal dari dataran tinggi Kintamani di kawasan Bali Utara. Kawasan Kintamani berada pada ketinggian 1.300 – 1.700 meter di atas permukaan laut di antara kawasan gunung berapi yang luas. Dengan ketinggian tersebut, tanaman kopi Kintamani tumbuh di iklim yang kering dan sejuk. Di kawasan Kintamani, kopi ini ditanam bersama dengan pohon jeruk dan sayur-sayuran hingga memiliki cita rasa jeruk.

Bagi masyarakat Bali, budidaya kopi bukan hanya sekadar kegiatan menanam dan memanen. Lebih dari itu, budidaya kopi merupakan praktik Subak Abian, sistem pertanian kolektif tradisional yang mirip dengan koperasi di Bali. Subak Abian merupakan sistem yang mencakup praktik keagamaan dan kegiatan pertanian sejak abad ke-9.

Setiap daerah di Bali memiliki subak atau lembaga adatnya masing-masing. Setiap subak memiliki pura yang disebut Pura Ulun Carik. Dalam subak, aturan-aturan yang berlaku diwariskan secara turun-temurun sebagai hukum adat. Oleh karena itu, apabila ada petani yang melanggar cara budidaya kopi Kintamani, maka petani tersebut akan mendapatkan sanksi adat.

Sistem Subak Abian pada dasarnya menganut tata cara hidup masyarakat Bali, yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana sendiri merupakan tata cara hidup yang berakar dari ajaran agama Hindu yang berarti “tiga penyebab kemakmuran”. Fokus filsafat agama Hindu adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan. Dengan prinsip Tri Hita Karana, para petani kopi Kintamani menjalankan usaha tani kopi tanpa menggunakan pestisida, insektisida, atau bahan kimia lainnya. Dengan aturan adat tersebut, para petani dapat menjaga kualitas kopi dan juga meningkatkan produksi kopi. Untuk menghasilkan kopi yang organik dan ramah lingkungan, para petani kopi Bali hanya menggunakan bahan-bahan alami sebagai pupuk. Para petani kopi saling berbagi pengetahuan dan sumber daya yang dimilikinya untuk menyeimbangkan siklus alami produksi kopi di bawah sistem Subak Abian.

Related Post